Christine Hakim, Aktris Senior Indonesia Jadi Profesor Mikologi di Serial 'The Last of Us’

bicaranetwork.com - Sosok aktris senior Indonesia, Christine Hakim tengah hangat diperbincangkan warganet di media sosial. Pasalnya, dia tampil di serial berjudul “The Last of Us” episode kedua yang ditayangkan di platform streaming Home Box Office (HBO).

Christine terlihat memainkan peran sebagai Ratna, yakni seorang Profesor Mikologi dari Universitas Indonesia.

Peran Ratna yaitu membantu aparat negara dalam mengungkap misteri sesosok mayat yang diduga terinfeksi jamur aneh bernama Cordyceps.

Melalui salah satu scene dengan durasi sekitar 10 menit, Christine tampil bersama aktor Indonesia lainnya, Yayan Unru. Yayan diketahui berperan sebagai aparat militer bernama Agus Hidayat.

Baca Juga: Ini Sinopsis The Last of Us, Jakarta Jadi Pusat Wabah Zombie!

Tatkala sedang makan, terlihat Ratna atau Christine dijemput Agus Hidayat (Yayan Unru). Ratna kemudian diantar ke sebuah ruang laboratorium dan dihadapkan dengan mayat yang telah terinfeksi jamur cordyceps.

Sebagai seorang ilmuwan dalam studi jamur yang mengetahui soal wabah virus, Ratna memeriksa mayat tersebut.

Lewat berbagai usaha yang dilakukan, ternyata ia tidak dapat menemukan obat untuk mengatasi infeksi itu selain dengan cara menggunakan bom.

Berkat kemunculannya di serial “The Last of Us” episode kedua inilah, Cristine dan Yayan mendapat apresiasi penuh dari warganet Indonesia. Bahkan, pada Senin, 23 Januari 2023, nama Christine Hakim sempat menjadi trending topic di media sosial Twitter Indonesia.

 Baca Juga: Apa Itu Jamur Cordyceps? Jamur yang Bisa Ubah Manusia Jadi Zombie di Serial 'The Last of Us'

Lalu, siapa sebenarnya Christine Hakim?

Dihimpun dari berbagai sumber, Christine atau yang bernama lengkap Herlina Christine Hakim merupakan aktris kawakan Indonesia yang berdarah Aceh dan Minangkabau.

Lahir di Kuala Tungkal, Jambi pada 25 Desember 1956, sejak kecil Christine tumbuh dan tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bakat seni perannya mulai nampak saat berhasil ditemukan oleh Teguh Karya, seorang sutradara film legendaris Indonesia.