Pengarang Adeela - puisi Hasan Aspahani
DENGAN ponsel mamanya
Adeela menelepon pamannya.
"Paman, aku baru selesai
menulis satu buku cerita,"
lalu dia bacakan ceritanya.
Tentang seorang anak seumur dia
yang menandai tanggal pada kalender,
tak sabar menunggu
hari ketika kursus baletnya dimulai.
Baca Juga: Contoh cerpen terbaik Louisa May Alcott - Kisah Kesengsaraan Seorang Sepupu (1868 )
Ada gambar ilustrasi
yang ia buat sendiri
menyertai huruf-huruf kecil yang besar.
Gambar seorang anak segirang dia
menari balet di hari pertamanya.
"Apa pendapatmu, Paman?"
tanya Adeela pada pamannya.
"Nanti kamu akan jadi
penari balet yang hebat sekali,
tapi kamu sudah jadi pengarang cerita
yang sangat paman sukai," kata pamannya.
Baca Juga: Contoh cerpen terbaik Laura E. Richards - Kucing yang Sabar (1881)
Adeela dan adiknya Alma
lalu merayakannya
dengan konten lucu
di reel IG mamanya.
2021
Lihat, Bu, Aku Tak Menangis Lagi, Kan? - puisi Hasan Aspahani
IBUKU adalah santan matang,
dan aroma khamir, uap daun pisang,
dan asap kayu api.
Ibuku adalah airmata hanta,
dan belanai penampung hujan,
tongkat ulin dan atap sirap.
Baca Juga: Contoh cerpen terbaik Anton Chekov - Pondok di Pedesaan (1885)
Ibuku adalah denting pagi
dan dendang petang,
cerlang embun di ujung handayang.
Ibuku adalah tilai kelambu
dan gorden putih pecah,
sofa beludru, dan lagu kasidah.
Ibuku menguntal sahang,
berpupur bangkal, dia memakai
tengkuluk tapih bahalai.
Ibuku tersenyum ketika
terakhir kali jantung dan paru-parunya
membisikkan sesuatu padanya.
2021
Artikel Terkait
Puisi Hasan Aspahani - Peduli Lindungi
Mari Kita Mulai Lagi - Puisi Hasan Aspahani
Pengakuan seorang kenek truk - puisi Hasan Aspahani
Kota Ini - puisi Hasan Aspahani
Mengira-ngira - puisi Syahdan Malahayari
Renungan perihal waktu - puisi Kahlil Gibran
Nyanyian Sukma - Puisi Indah Kahlil Gibran